Trip backpack sendirian ke Malaka, Genting Highland dan
Kuala Lumpur
Kenapa memutuskan untuk backpacking sendirian?
Hhhhmm...pasti kedengarannya agak sedikit menakutkan dan membingukan, kan? Bete
ga ada teman, ga ada yang bisa diajak ngobrol selama perjalanan, ga ada yang
bisa dimintai tolong untuk moto..dan yang paling utama...kalau kita
nyasar..siapa yang bisa bantu? Kita sendirian, di tempat asing, ga mengerti
apapun. Bagaimana kalau ada orang yang berniat jahat? Pasti pikiran-pikiran
negatif seperti itu muncul di kepala. Kalau ga, bogong banget ya..hehehhe...
Sebetulnya, bakcpacking sendirian itu ga serem-serem banget
koq. Dan yang jelas ada keuntungannya juga. Kenapa? Karena dengan backpack
sendirian, kita belajar mandiri, ga perlu ada perdebatan dengan teman seperjalanan,
dan bisa menentukan sendiri kapan mau pergi. Karena kalau pergi berkelompok,
belum tentu teman-teman kita bisa punya waktu luang yang berbarengan. Kadang
untuk menentukan kapan perginya pun udah membuat perdebatan sendiri.
Kalau memutuskan backpack sendirian, untuk seorang perempuan
seperti aku, apalagi ke luar
negeri..jangan pernah takut dan khawatir. Yang paling utama adalah cari info
sebanyak-banyaknya dan detail. Pastikan durasi perjalanannya. Misalkan 3 hari
termasuk keberangkatan dan kepulangan dengan pesawat terbang. Dan setelah itu
tentukan destinasinya yang bisa dituju dalam 3 hari tersebut. Dan cek
perlengkapan dan perlatan apa saja yang harus dibawa. Juga bagaimana koneksi
intenet disana.
Sebagai permulaan atau newbie di dunia backpacking ke luar
negeri, khususnya untuk perempuan, cobalah ke negara terdekat dulu, yang
hambatan dalam komunikasi dengan orang lokal sedikit. Karena jika bahasa lokal
tidak dikuasai, khususnya di negara-negara yang penduduknya banyak yang ga bisa
berbahasa Inggris dengan baik, maka dapat dipastikan akan menimbulkan masalah.
Malaysia adalah destinasi yang baik untuk memulai mencoba
backpacking sendirian. Dengan alasan, biaya cukup murah, pastinya terjangkau
untuk bisa nabung sedikit-sedikit. Plus orang-orang Malaysia berbicara bahasa
Melayu, yang pastinya dimengerti oleh orang Indonesia, apalagi kalau bahasa
Inggris kita kurang lancar.
Jadi, trip backpacking aku kali ini ke Malaysia bukan hanya
sekedar ingin jalan-jalan ke Malaysia. Memang iya itu alasan utama, karena ga
menemukan teman jalan yang pas, alias semua teman-teman ga punya waktu liburan
yang pas. Tapi karena alasan lain, yaitu karena aku kangen dengan teman-teman Malaysia ku yang
dulu belajar bersama di Colombia. Jadi, sebetulnya ini ga sepenuhnya backpack
sendirian.karena ada beberapa teman yang aku temui dan mengajak jalan
berkeliling. Tapi hanya selama di Kuala Lumpur. Sedangkan sepanjang perjalanan
ke Malaka dan Genting Highland, aku tetap lakukan sendirian.
Trip backpacking kali ini cuma aku lakukan dalam 3 hari,
udah termasuk penerbangan Jakarta – Kuala Lumpur –Jakarta. Dengan itinerary :
Hr 1 Penerbangan Jakarta – Kuala Lumpur. Tiba di Kuala Lumpur
langsung ke Malaka naik bisa, Malaka city tour, stay di Malaka 1 malam;
Hr 2 Malaka – Genting Highland dengan bis, Genting
Highland Tour, lanjut menuju Kuala Lumpur naik bis;
Hr3 Kuala Lumpur tour dengan diantar oleh teman, langsung
menuju kembali ke airport. Penerbangan kembali ke Jakarta pukul 22.00. Dengan
estimasi pukul 20.00 atau 20.30 waktu setempat udah harus tiba di counter check
in. Penerbangan International mengharuskan penumpang untuk melakukan check in
paling lambat 1,5 jam sebelum take off.
Aku naik Air Asia penerbangan paling awal menuju kuala
lumpur. Take off tepat jalam 07.00 pagi. Dahsyat ya. Karena penerbangan itu
paling awal jadi bisa tiba di Kuala Lumpur masih pagi. Dan pastinya karena
penerbangan pagi sekali harga lebih murah dibanding penerbangan dengan jam
normal. Penerbangan jam 07.00 ini mungkin dianggap seseorang ga normal, karena
kita harus bangun pukul 3.30-04.00 pagi. Paling lambat pukul 05.30 sudah tiba
di counter check in airport. Perjalanan dari pusat kota Jakarta tempat aku
tinggal bisa makan waktu 30-40 menit, karena waktu subuh lalu lintas belum
padat, ga ada macet pasti.
Karena aku benar-benar mencoba sehemat mungkin, dengan naik
Air Asia tanpa bagasi, cuma order makanan dan minum aja...jadi harus diatur
seminimal mungkin bawa benda-benda cair ke dalam cabin. Maksimal hanya 100 ml.
Untuk masalah ini, bisa diatur sendiri. Coba cari shampoo sachet dan splash
cologne yang ukuran 30 ml. Selebihnya ga ada benda cair yang dibawa. Kalau
ingin bawa krim kulit, coba bawa yang dalam bentuk krim. Karena ukuran krim
dihitung dalam gram, dan begitu juga pasta gigi. Aku hanya memakai backpack sedang, bukan besar seperti orang mau naik gunung. Dan kalau pandai mengatur barang-barang yang harus dibawa apa aja, pasti cukup.
Setelah terbang selama 2 jam, tibalah di airport KLCC 2
(KLCC 1 hanya untuk penerbangan international dengan airline mahal, seperti
Garuda Indonesia, Malaysia Airline dll) pukul 09.00 atau pukul 10.00 waktu
setempat. KLCC utamanya untuk semua penerbangan dari Air Asia. Ga perlu lama
untuk bisa keluar dari airpot karena ga perlu menunggu bagasi, langsung menuju
ke supermarket.
![]() |
Air Asia menguasai KLCC2 |
Perjalanan dengan bis menuju Malaka memakan waktu selama 2
jam. Jadi perlu menyiapkan makanan dan minuman dalam perjalanan. Begitu keluar
dari area kedatangan dan belanja sedikit, langsung mencari tempat bis-bis
menunggu penumpang. Setelah bertanya ke bagian informasi, aku turun 2 lantai
dengan escalator. Ruang di tengah airport ini sangat besar. Satu lantai ke bawah
kita bisa lihat kereta express yang menuju ke tengah kota Kuala Lumpur.
Perjalanan dengan menggunakan kereta express ini makan waktu 45 menit menuju
pusat kota.
Di lantai paling dasar, aku masih harus bertanya lagi tempat
di mana bis menunggu. Ternyata aku harus ke luar melewati pintu. Di sini lah,
tepat di depan pintu kaca bis-bis ke berbagai jurusan berhenti dan menunggu
penumpang. Ada beberapa nomor jalur
tempat bis-bis parkir. Awalnya aku bingung bis mana yang ke Malaka. Akhirnya
bertanya ke seseorang yang sedang berdiri menunggu bis juga. Dia sarankan untuk
tanya ke konter bis-bis di dalam. Pas di bagian dalam dari pintu kaca. Ternyata
tiket bis bisa dibeli di konter ini. Aku udah beli awal secara online, dan
ternyata malah lebih mahal. Padahal antisipasi supaya ga kehabisan seat. Beli
secara online sekitar 30 ringgit. Dan beli langsung 20-an ringgit.
Setelah diinfo di platform atau jalur nomor berapa bis ke Melaka berhenti,
aku kembali lagi keluar. 15 menit kemudian bis datang. Yang menunggu bis
denganku saat itu ada seorang bapak yang aku pikir orang asli Malaysia yang
banyak kasih informasi tentang Malaka, karena logat bicaranya melayu sekali.
Ternyata dia orang asli Surabaya, dan udah tinggal di Malaka selama 15
tahun. Bis ga nunggu lama, cuma sekitar
15 menit. Dan jumlah penumpang total cuma 4 orang. Wiiih, sedikit sekali. Jadi
info bisa kehabisan seat itu bohong ya.
![]() |
Pintu masuk menuju gedung airport dari area tunggu bis |
![]() |
Deretan bis di KLCC2 dengan rute yang berbeda-beda |
Begitu keluar dari area airport, terasa sekali udara di
Kuala Lumpur dan sekitarnya ini panas dan kering. Sepertinya jenis tanah di
Kuala Lumpur ini berbeda dengan jenis tanah di pulau Jawa. Tanahnya cenderung
kering dan berwarna coklat muda. Memang cocok untuk perkebunan kelapa sawit. Dan
sepanjang jalan yang mirip jalan tol, sepi dan mulus, yang dilihat kanan kiri
memang hanya perkebunan kelapa sawit. Sejak masih di dalam pesawat ketika mendekati runway memang udah terlihat betapa kering tanahnya. Dan ada beberapa proyek pembangunan jalan
atau perumahan.
Begitu mulai memasuki area perkotaan dengan mulai banyaknya
toko-toko, jalan-jalan khas dalam kota, terlihat beberapa plang arah jalan.
Kota yang paling jelas terlihat dan diingat adalah Proton City. Tapi sepertinya kota nya ga terlalu besar.
Dan ga lama sekitar 30 menit kemudian mulai mendekati tujuan akhir, yaitu
terminal bis Melaka Sentral. Terminal bis yang cukup ramai, besar. Tapi jalanan
di sekitar terminal ini ga terlihat macet seperti halnya kota-kota di Jakarta.
Padahal Malaka ini kota bisnis dan ekonomi yang udah aktif sejak ratusan tahun
lalu.
![]() |
Jalan Raya Sekitar Terminal Malaka |
![]() |
Terminal Malaka Sentral tampak depan |
Begitu turun, aku perhatikan memang di bagian kedatangan dan
keberangkatan terpisah. Terminal ini penuh juga dengan toko-toko roti,
handphone, simcard dan rumah makanan dan lain-lain. Bapak asal Surabaya
tadi menyarankan untuk beli simcard di terminal ini aja. Harga lebih murah
dibanding pusat kota Malaka, dan lebih aman untuk punya nomor lokal begitu baru
sampai di Malaka. Aku pikir benar juga, karena harus menghubungi teman-teman
dan menelpon homestay yang kamarnya aku udah booking.
Selesai dengan urusan simcard dan disetting paket internet
oleh si penjual, yang cukup terjangkau, 10 ringgit untuk kartu baru, dan 10
ringgit untuk paket internet selama 3 hari. Walaupun tenggat waktu 1 minggu. Bapak
itu tanya, mau naik taxi atau bis ke pusat kota Malaka. Bapak itu tinggal ga
jauh dari terminal jadi ga tahu bis yang mana ke arah pusat kota Malaka.
Ternyata ongkos dengan taxi di Malaka tanpa argo. Dan supir minta ongkos 40
ringgit. Awwwhh..mahal sekali. Skitar Rp 140.000 untuk perjalanan yang katanya
cukup jauh. Padahal menurut informasi ga terlalu jauh juga. Akhirnya aku
putuskan naik bis aja. Bapak tersebut ga bisa antar, jadi aku harus cari
informasi sendiri. Setelah tanya beberapa orang, bis yang menuju pusat kota
Malaka, aku harus nunggu di bagian sisi luar. Tunggu di platform atau jalur
dengan nomor tertentu. Cukup lama menunggu, dengan cuaca yang panas, walaupun area dimana aku duduk beratap, tapi tanpa AC. Bis semua berwarna merah. Masing-masing platform punya
tujuan berbeda-beda. Bis yang aku tunggu datang. Ternyata ga bisa langsung naik.
Supirnya mau istirahat makan siang dulu. Baru sekitar 30 menit kemudian supir
datang dan pintu bis dibuka. Semua penumpang berdiri berbaris untuk naik ke
dalam bis. Begitu naik kita harus membayar ongkos bis ke supir, kalau ga ada
uang pas, supir akan berikan kembalian. Ongkos bis cuma 6 ringgit. Jauh sekali
bedanya dengan ongkos taxi tadi. Untunglah ga jadi naik.
![]() |
Platfrom (jalur) no 17 bis ke Dataran Pahlawan |
![]() |
Bis nomor 17 sebelum berangkat |
Bis cukup nyaman, dan sepertinya ga ada penumpang yang
berdiri. Perjalanan sekitar 30 menit menuju pusat kota. Terlihat betapa
bersihnya dan teraturnya kota Malaka. Benar-benar tipikal kota modern, dan ketika memasuki pusat kota tuanya terlihat tipikal kota bergaya portugis bernuansa pesisir dengan influence budaya Chinese. Homestay ku terletak di area Dataran
Pahlawan.
![]() |
Keluar dari sisi lain terminal Malaka Sentral |
![]() |
Perjalanan menuju kota tua Malaka |
Aku ga tahu dimana itu letaknya Dataran Pahlawan. Begitu bis berhenti
di depan persis komplek Stadhuys yang kanan kirinya semua serba merah bata, aku
hampir turun disitu. Tapi dicegah oleh seseorang yang duduk di depanku. Katanya
Dataran Pahlawan itu pemberhentian selanjutnya. Akhirnya aku kembali duduk dan
baru turun di pemberhentian selanjutnya. Bis berhenti di seberang komplek ruko. Dan aku tetap duduk diam, menunggu bis berhenti di pemberhentian berikutnya lagi yang hanya sekitar 200 meter, yaitu di depan Mall Malaka. Bis berhenti pas di depan Mall Malaka.
Begitu turun langsung menyebrang. Dan ternyata masih harus jalan ke arah kanan,
karena tanya orang-orang ga ada yang tahu dimana letak homestay ku. Homestay itu letaknya di komple Plaza Mahkota. Hanya
bermodal alamat, seseorang memberi info kalau alamat ini adalah area ruko,yang ternyata di seberang tempat pemberhentian bis sebelumnya. Berkeliling
komplek ruko lah aku dari depan, ke bagian tengah, bagian belakang, akhirnya kembali ke
bagian depan. Dan...akhirnya ketemu juga. Homestay ini benar-benar sebuah ruko.
Dan letaknya di deretan paling depan. Persis di depan jalan raya. Dan ruko itu udah aku lewati juga sebelumnya. Pintu kaca terkunci, harus menekan bell.
Setelah ada jawaban dari dalam baru pintu secara otomatis terbuka.
Jalan raya Dataran Pahlawan dengan Mall Malaka di ujung |
Gerbang Plaza Mahkota dengan background Mall Malaka |
Pusat jajanan dan souvenir khas Malaka di Plaza Mahkota |
Komplek ruko Plaza Mahkota |
Aku book kamar sharing, walaupun aku sendirian. Dengan harapan
bisa mendapat teman sekamar. Dan ternyata ga ada juga teman sekamar. Harga sewa
kamar sharing hanya 20 ringgit atau sekitar Rp 65.000. Dengan fasilitas kamar
mandi di luar dengan air hangat, dan bisa ambil minum atau masak di dapur
lantai satu. Kamarku terletak di lantai 3. Aku diberikan kunci kamar sesuai
nomor kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar