Rabu, 16 September 2015

Solo Backpacking ke Malaysia Bagian 3 (Trip Malaka - Genting Highland - Kuala Lumpur)

Bangun entah pukul berapa, ga ada orang yang bisa ditanya dan ga jam yang bisa di lihat. Karena stay di kamar bagian belakang yang ga berjendela, akhirnya kalap keluar kamar terburu-buru untuk mandi. Terbayang ketinggalan bis, ga akan ada kesempatan untuk ke Genting Highland. Karena itu bis satu-satunya. Masuk kamar mandi, ada jendela kecil di atas yang terbuka, ternyata masih subuh, mungkin sekitar pukul 5.00-5.30. Langsung berwudhu, dan keluar kamar mandi, turun ke lantai 2, bagian receptionis. Jendela di ruang itu cukup besar. Dan ternyata..tepat..jalanan masih sepi. Artinya aku tidur ga tenang, atau memang tidur terlalu cepat, kalau ga salah pukul 21.00

Setelah sholat, mandi dan beres-beres. Ingin cepat-cepat keluar homestay. Karena harus cari tempat untuk charge smartphone. Setidaknya harus cari penjual alat-alat listrik. Sekitar pukul 7 kurang, telepon di receptionist berdering. Karena ga ada orang lain lagi, aku lah yang menjawab. Ternyata si pemilik homestay. Dia minta aku menemui receptionis homestay lain di deretan belakang dari gedung homestay tempat aku stay. Diinfo nama homestaynya dan bertemu dengan siapa.  Dia minta aku untuk mengambil uang sisa pembayaran sewa kamar. Iiih..benar-benar homestay yang aneh.

Begitu sampai pintu sebelum keluar, aku harus pastikan semua ga ada yang tertinggal, karena akan susah lagi masuk ke dalam. Lalu aku langsung berjalan mengelilingi ruko ini ke arah belakang, sambil nengok kanan kiri, cari warung makanan yang udah buka. Karena aku lapar sangat. Dan juga mencari toko penjual plug in listik. Ternyata belum ada yang buka. Dan aku terus menerus memikirkan bis ke Genting. Homestay yang aku cari ga susah ditemukan. Setelah dapat uangnya dan langsung lari ke jalan raya. Menurut si receptionist, di terminal Malaka Sentral pasti ada yang jual. Aku menunggu bis di seberang ruko, di depan Taming Sari Tower. Berdiri disitu pukul 8 pagi rasanya koq panas banget ya. Ada seorang secuirty staff yang mendekati dan mengajak ngobrol. Dia tahu dan ga kaget aku jawab asal ku dari Jakarta. Karena menurutnya, hampir tiap weekend, Malaka penuh dengan pelancong asal Indonesia. “Berapa orang melancong? Satu orang?”..sendiri maksud dia, sesuai bahasa Melayu..”Iya, satu orang”, jawabku. “Wah, tak takut? Ada kawan lain duduk sini?”..maksudnya ada teman di sini. “Iya, ada beberapa kawan di Kuala Lumpur, saya nak jumpa mereka selepas ini”.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam, aku mulai kalap. Ini ga ada satu pun bis yang lewat. Bapak itu pun menyarankan untuk naik taksi aja, karena menurutnya pagi-pagi memang bis Panorama warna merah itu lama sekali lewatnya. Setelah tawar-menawar, jadilah kena charge 35 ringgit. Mahal memang, tapi mau bagaimana lagi. Cukup cepat bisa sampai terminal, hanya 15 menit. Begitu sampai, langsung ke konter penjualan tiket. Yang penting dapat tiket dulu. Harga tiket 40 ringgit, perjalanan 4 jam. Lama juga ya. Harus cari makan dulu sebelum jalan. Ga lama aku lihat ada rumah makan masakan Indonesia ala prasmanan. Setelah pilih makanan dan pesan jeruk panas, aku bayar. Berhubung jeruk panas baru mau dibikin, sambil nunggu aku harus cari penjual plug in listrik. Untunglah langsung ketemu tokonya. Harga 8 ringgit. Dan kembali ke warung makan, jleb..langsung aku menumpang charge. Ga sempat charga lama-lama, cuma sekitar 40 menit. Harus kembali lagi ke konter tiket bis. Udah pukul 9.45. Ternyata bis belum siap. Sambil menunggu dipanggil, mau melanjutkan charge, ternyata ga ada tempat charge yang tersedia.
Mau ga  mau smartphone ku tetap ga bisa menyala. Khawatir dan bingung bagaimana menghubungi teman-temanku, aku tanya ke konter, apa di dalam bis disediakan tempat untuk chare di cabin di atas seat penumpang, ternyata ga ada. Tapi bisa menumpang charge ke supir bis. Begitu bis jalan, langsung aku minta ijin untuk charge smartphone ku sebelum didahului penumpang lain.

Semua seat bis hampir terisi, hanya beberapa bangku di bagian belakang yang sisa. Seating nya luas. Tiap penumpang duduk sesuai nomor seat di tiket. Jadi aku ga bisa duduk di depan untuk mengawasi smartphone. Sekitar 2 jam perjalanan bis berhenti, bukan di rest area semacam di pulau Jawa, tapi hanya di toilet umum di pinggir jalan raya yang besarnya mirip jalan tol Jagorawi. Cuma berhenti selama 15 menit. Perjalanan lanjut menuju Genting Highland. Jalan mulai mendaki. Mulai banyak pohon rindang di kanan kiri jalan. Tapi gambaran jalur menuju Genting bukan seperti puncak di  Bogor, walaupun pohon banyak, tapi vegetasinya masih lebih lebat di puncak. Jalur ke Genting itu cenderung sepi. Ga ada toko-toko, restoran dan lain-lainnya di sepanjang jalan. Hiburanku yang paling utama adalah membaca rambu-rambu lalu lintas atau tanda –tanda tempat, yang kalau dibaca dan dipahami oleh orang Indonesia jadi lucu kedengarannya.
Dalam perjalanan aku melihat beberapa resort area yang kalau dari jalan raya ga terlihat, hanya gerbang dan tandanya aja. Lalu ada proyek pembangunan gedung.  
Lalu, begitu terlihat sebuah gedung yang besar, aku perkirakan itu yang namanya World Resort Hotel Genting Highland. Tapi aku sedikit bingung juga, karena ada hotel lain juga disana. Entah yang mana yang benar. Ga lama cable car mulai terlihat. Ada beberapa orang turun di tempat pemberhentian ini. Tapi katanya ini bukan tempat pemberhentian terakhir. Jadi aku putuskan untuk lanjut lagi. Dan sampailah di tempat pemberhentian terakhir yang mirip dengan tempat parkir bis besar. Banyak bis-bis berjejer disini. Aku bingung ini dimana. Aku tanya orang, ternyata tempat pemberhentian ke Cable Car itu di tempat yang sebelumnya. Harusnya aku turun disitu. Jadi aku harus ke World Resort Hotel. Aku tanya juga bis menuju ke Kuala Lumpur, karena ada beberapa loket tiket bis. Ternyata ga ada bis ke Kuala Lumpur dari situ. Jadi aku harus naik Cable Car untuk turun dulu, baru bisa dapat bis ke Kuala Lumpur. Tambah bingung lagi aku, turun kemana. Jadi aku ikuti orang-orang aja yang mau ke World Resort Hotel. Ada bis shuttle gratis.


Perjalanan dengan Shuttle bis cuma 10 menit. Dan kita tiba di lantai dasar yang di depan pintu masuk Mall atau Hotel ini. Begitu masuk aku tanya petugas dimana bisa naik Cable Car. Aku disuruh untuk lain terus ke lantai 5. Haaa..jauhnya. Kenapa malah harus naik? Padahal aku mau turun. Naik, dan naik terus escalator sambil cuci mata. Mampir ke kedai teh Cina. Lalu ke toko roti yang penuh. Setelah terus menerus tanya petugas, dan terakhir adalah security di depan Casino, melewati bioskop, akhirnya sampai di loket tiket Cable Car. Letaknya di tengah-tengah ruang dalam mall. Aku tanpa tanya beli tiket round trip alias bolak-balok, harga 12 ringgit. Aku naik, melewati perbukitan yang merupakan hutan lebat. Tapi udara ga terlalu dingin, hanyak sejuk aja. Oh iya, sejuk itu untuk orang Malaysia artinya dingin loh. Setelah sampai di terminal satunya, petugas cek tiket, jadi aku dibalikan lagi ke terminal awal. Begitu sampai terminal awal aku tanya, dimana tempat naik bis ke Kuala Lumpur. Ternyata aku harus turun ke terminal di bawah,  jadi aku harus beli tiket lagi untuk turun. Astaga, jadi maksudnya petugas tadi kalau naik bis ke Kuala Lumpur harus turun itu maksudnya di terminal Cable Car yang bawah.  Jadilah aku beli tiket lagi, tapi one way.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar